Selamat Datang

mediainfo-2010.blogspot.com portal website 2010 free download service tips and trick blogging

ads

Sabtu, 26 Februari 2011

Analisis unsur intrisik Legenda Banyuwangi

Siapa yang tidak tau Banyuwangi? Daerah paling timur pulau Jawa ,sebelum akhirnya menyebrang ke Pulau Bali.Nah beberapa waktu yang lalu saya diberi tugas sekolah untuk menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik sebuah legenda ,dan saya memilih Legenda banyuwangi untuk saya analisis.Sebelum kita analisis legenda banyuwangi  ,mari kita baca dulu kisahnya :

Legenda Banyuwangi
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika k
ehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita

.
“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuangku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. ” Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolah!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.



Analisis Cerita Legenda Banyuwangi
Unsur Intrinsik
1.Tema                : Kepercayaan
2.Alur                   : Alur maju
a. Situation (lukisan suatu keadaan)
Raden Banterang yang berniat berburu di hutan ,kemudian mengejar seekor kijang sampai di tengah hutan ,lalu bertemu dengan putri raja Klungkung yang malang nan cantik yang dibawanya pulang dan diperistri
 b. Generating circumtances (peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak)
Suatu ketika kakak surati ,Rupaksa menemui Surati untuk berniat membunuh Raden Banterang. namun Surati menolak.Rupalsa memberi Surati lkat kepala merah.
c. Rising action (keadaan mulai memuncak)
Rupaksa menemui Raden Banterang untuk menfitnah Surati dengan berkata “ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh tuan” .Padahal ikat kepala tersebut adalah pemberian Rupaksa
 d. Climax (peristiwa-peristiwa mencapai klimaks) 
Raden Banterang membuktikan apakah benar ada ikat kepala merah tersebut.Dan ketika dijumpainya ,marah lah dia dan berniat membunuh Surati di sungai.Surati menjelaskan dengan segala cara ,namun Raden Banterang tidak percaya.Surati memberi isyarat “! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah”
 d. Dedoument (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua )
Air sungai tempat Surati melompat menjadi bening dan harum,berarti Surati tidak bersalah .Raden Banterang menyesal
3.Latar/Setting
a.Tempat             : Kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur
b.suasana            : Tegang
c.Waktu               : Dahulu kala
4.Perwatakan
a.Raden Banterang : Tidak mudah percaya ,emosian
“Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” menandakan Raden banterang seorang yang emosian.
Dengan kutiban “Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong”  menandakan bahwa raden banterang bukan orang yang mudah percaya.
b.Surati                :Setia,baik
dibuktikan dengan kutiban “Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya”  ajakan nya adalah untuk membalas /membunuh Raden Banterang yang telah membunuh ayah Surati
c.Rupaksa            : Pendendam,Licik
dibuktikan dengan kutiban " Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya” menandakan rupaksa adalah seorang pendendam
Lalu rupaksa juga memfitnah Surati dengan akal Ikat kepala merah,membukikan bahwa Rupaksa seorang yang Licik
4.Amanat                : Kita harus lebih percaya terhadap orang yang benar-benar kita cintai/keluarga daripada orang lain yang belum kita kenal

Unsur Ekstrinsik :
1.Nilai Moral : Penyesalan
Dibuktikan dengan “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang .Raden banterang menyesal setelah mengetahui istrinya ternyata tidak bersalah.



ads

  © Mediainfo The Sebuah Blog Inovasi by AndikaKristian 2010

Back to TOP